Ticker

6/recent/ticker-posts

Di Balik Senyuman Imay Menyimpan Sejuta Kekecewaan.



Aceh Timur/www mitra 86 sergap.com

Sasmaini,perempuan kelahiran 11 Jan 1998,ia lahir dari keluarga kurang mampu yang tinggal di pelosok pedesaan tepatnya di Kampung Jelobok Kecamatan Permata Kabupaten. Bener Meriah.
Sasmaini di nyatakan lolos seleksi sebagai finalis putri pendidikan Indonesia tahun 2025.

Sasmaini satu satunya finalis yang mewakili Provinsi Aceh dalam ajang tersebut dia terpilih lewat seleksi secara online yang di gelar panitia sejak awal April 2025.

Namun yang menjadi kendala adalah,Sasmaini tak sanggup memenuhi biaya karantina yang di tetapkan panitia selama lima hari tepatnya di Victoria Sguera,Tanggerang Banten pada 8~13 Juli 2025 mendatang.

Awalnya,panitia penyelenggara menetapkan sebesar Rp: 12 juta untuk biaya karantina itu,namun,Imay tak sanggup memenuhi permintaan panitia tersebut dan sampai ingin mengundurkan diri sebagai finalis.

Tapi panitia memberikan kemudahan,mungkin mereka melihat dari kualitas Imay,sehingga panitia memberikan subsidi 50%,maka harus di bayarkan Rp: 6 juta.Sebut Imay kepada AJNN Rabu 2 Juli 2025.

Meski begitu,anak dari pasangan Mursal dan Sabariah ini juga tak sanggup walau panitia telah memberikan diskon subsidi 50% karena kondisi keluarga Imay tergolong tidak mampu.

Saya benar benar putus asa,namun panitia kembali memberikan kemudahan khusus bagi saya dari Aceh cukup memberikan Rp: 3,5 juta saja untuk biaya selama di karantina.Terang Imay.

Walaupun demikian,biaya 3,5 juta itu hingga saat ini belum dapat di bayarkan meski waktu pelunasan sudah jatuh tempo,sampai saat ini Imay bersama keluarganya sedang mencari bantuan pinjaman.

Tidak seperti provinsi lain pak,kata Imay,mereka di bantu oleh pemerintahnya,sedangkan saya tidak dan harus berjuang sendiri sementara orang tua saya orang yang tidak punya uang.Sebut Imay dengan nada sedih.

Alumni mahasiswa fakultas keguruan dan ilmu pendidikan (FKPI)Malikul Saleh ini sudah pernah meminta bantuan kepada Pemda Bener Meriah bahkan sampai ke Provinsi Aceh,namun hasilnya nihil.

Sudah hampir dua bulan saya beraudiensi dengan Pemkab dan pemerintah Provinsi mulai dari dinas dinas di Provinsi,Bupati,Sekda,Kesra termasuk dinas pendidikan namun hanya sia sia.Ucap Imay.

Yang lebih sedih tambah Imay,jangankan membantu biaya karantina atau untuk tiket pesawat keberangkatan,untuk membeli air minum satu gelaskan saja tidak di kasih pak.

Padahal saya berangkat mewakili Provinsi Aceh dan bukan untuk kepentingan pribadi,melainkan mengharumkan nama daerah,bahkan ia bertekat memperjuangkan Advokasi pendidikan untuk generasi muda Indonesia yang lebih cerdas,berkarakter dan berakhlak mulia.

Sebenarnya saya tidak pernah berharap kemewahan,saya hanya ingin membawa nama Aceh semakin mendunia,karena kontribusi positif dan semangat berjuang dalam dunia pendidikan.UjarNya.

Dalam menoreh prestasi,Imay pernah meraih juara tiga(3)tingkat Nasional sebagai duta muslimah preneur Indonesia tahun 2024,namun kisah haru yang di alaminya saat itu tidak di ketahui oleh publik.

Walaupun demikian,Imay tak pernah berhenti dan bosan untuk mengharapkan bantuan biaya keberangkatan sebagai finalis,baik itu dari Provinsi dan Pemda Bener Meriah ataupun instansi terkait.

Waktu saya hanya tinggal beberapa hari lagi,jika memang tidak ada bantuan saya terpaksa tidak bisa ikut di ajang tingkat Nasional ini.
Cuma saya yang lolos untuk mewakili Aceh,dan kini orang tua saya juga tidak pernah diam,tetap berusaha dan sedang mencari pinjaman.
Pungkas Sasmaini dengan bola mata berkaca kaca.

Sumber AJNN.

Editor Isa.Ismail.

Posting Komentar

0 Komentar