Ticker

6/recent/ticker-posts

*Gedung Paripurna DPR Aceh Terbakar di Tengah Memanasnya Isu Empat Pulau*




BANDA ACEH — mitra86sergap.com

Di tengah bara konflik kewilayahan antara Aceh dan Sumatera Utara, sebuah peristiwa mengejutkan terjadi di jantung kekuasaan legislatif Aceh.  

Gedung Paripurna DPR Aceh — tempat para wakil rakyat seharusnya bersidang membela marwah dan tanah pusaka rakyat — mendadak terbakar siang tadi, menciptakan kepanikan di seantero Banda Aceh, Jum’at (13/06/2025).

Belum jelas asal-muasal kobaran api, namun dalam hitungan menit, asap hitam mengepul dari sisi timur bangunan parlemen. 

Sejumlah pegawai terlihat berlarian keluar gedung, sementara dua unit mobil pemadam kebakaran meluncur cepat menembus lalu lintas kota yang semrawut, mencoba meredam amukan si jago merah. 

Api berhasil dijinakkan dalam waktu kurang dari satu jam. Namun, jejak asap dan aroma hangus masih menggantung di udara seperti peringatan dari langit.


Peristiwa ini terjadi hanya berselang tiga hari setelah pecahnya polemik nasional soal “Empat Pulau” — empat gugusan kecil di perairan Aceh Singkil yang tiba-tiba “dipindahkan” ke Sumatera Utara melalui keputusan administratif Kemendagri. 

Sebuah keputusan yang memicu amarah publik, gelombang unjuk rasa, dan pernyataan-pernyataan keras dari tokoh-tokoh Aceh.

Gedung Paripurna — simbol kehormatan rakyat Aceh — terbakar di saat kepercayaan publik terhadap wakil rakyat sedang mengering, seperti kayu lapuk menunggu percikan api.

"Ini bukan kebetulan. Bisa saja ini sinyal semesta, bahwa DPR Aceh harus bangun dari tidurnya. Empat pulau itu bukan perkara administrasi. Ini soal kedaulatan!" ujar seorang mahasiswa hukum yang ikut menyaksikan kejadian di halaman kantor DPRA.

Muncul pula kritik tajam atas sikap DPR Aceh yang dinilai terlambat, bahkan nyaris diam membisu di tengah gelombang keresahan rakyat. 

Sejumlah LSM, mantan kombatan, dan aktivis menyebut peristiwa kebakaran ini sebagai “teguran simbolik”.

“Kalau wakil rakyat tidak sanggup menyuarakan marwah Aceh, maka biarkan rakyat bicara lewat cara mereka sendiri,” kata Abu Farhan, aktivis sipil dari Lamno.

Dari rekaman yang beredar luas di media sosial, terlihat lidah api menjilat ornamen-ornamen dinding gedung yang selama ini dipenuhi retorika tanpa hasil. 

Netizen dengan cepat merespons, sebagian menyebutnya sebagai “api amarah rakyat yang menuntut pengkhianatan dibakar terang-terangan”.

Pihak kepolisian belum memberikan keterangan resmi. Namun sumber internal menyebutkan bahwa kemungkinan awal adalah korsleting listrik dari ruang panel. 

Namun dugaan lain seperti sabotase atau aksi protes terencana juga mencuat, terutama karena momentum kebakaran ini bertepatan dengan puncaknya tekanan publik terhadap lembaga legislatif.

“Kami sedang melakukan penyelidikan menyeluruh. Semua kemungkinan terbuka,” ujar salah seorang perwira polisi yang enggan disebutkan namanya.

Gedung bisa dibangun kembali. Tapi kepercayaan rakyat tak bisa dibeli dengan cat dinding dan AC baru. 

Yang dibutuhkan rakyat Aceh sekarang bukan hanya sidang paripurna, tapi sikap paripurna dari para wakilnya: tegas, berani, dan berpihak kepada tanah airnya sendiri.

"Jangan sampai gedung ini hangus sia-sia. Kalau perlu, bangunlah gedung baru dengan piagam sumpah untuk tidak tunduk pada Jakarta ketika marwah Aceh diinjak," ujar Nurhasanah, jurnalis lokal yang turut meliput kejadian.
(Red)

Posting Komentar

0 Komentar